01 September 2011

{Berita} Kisah Sedih Gadis Cantik Yang Menjadi Algojo Ghadafi


Nisreen terus merengkok di sebalik selimut. Mata coklatnya menatap kosong. Cara cakapannya pun tersentak-sentak. Raut wajahnya memperlihatkan emosi yang sangat kacau. Gadis 19 tahun itu tak boleh menyembunyikan trauma atas pengalamannya menjadi algojo semasa rejim Muammar Khadafi di Libya.

“Salah satu dari mereka memiliki rambut wajah seperti ini (membuat bentuk jenggot di sekitar mulutnya),” katanya mengingat wajah seorang pria muda yang ia tembak mati. Sebagai anggota pasukan algolo, Nisreen telah membunuh lebih kurang 11 orang tahanan rejim Khadafi. “Setiap eksekusi, ada orang ditepi dan dibelakang saya. Mereka berkata jika saya tidak menembak, mereka yang akan menembak saya.”





Dalam keadaan terancam, Nisreen merasa tiada pilihan lain kecuali mengarahkan pistol ke sasaran dan menarik picu pistol dalam genggamannya. “Setiap kali menembak, saya akan memutar kepalaku kearah lain. Tidak lama kemudian, darah menitis dan terus mengalir membasahi lantai,” katanya tersesak-sesak.

Menjadi pasukan algojo bukan pilihannya. Ia diambil paksa dari rumah ibunya sekitar satu tahun lalu. Ia dibawa ke sebuah tempat yang tidak memungkinkannya berhubungan dengan dunia luar, termasuk keluarganya. Di penampungan tentera perempuan itu, ia dilatih memegang senjata.

Saat pemberontakan anti-Khadafi bermula Februari lalu,kumpulannya telah dipanggil yang dianggotai semua wanita. Ia diminta menemui seorang komandan brigade, dan di sana, ia diperkosa. “Saya menjerit, tapi semua hanya sia-sia sahaja,” katanya. “Malah saya dipanggil lagi dan diperkosa dua kali oleh komandan lain.”

“Ketika aku melihatnya, aku berpikir bahawa dia seperti kanak-kanak kecil. Wajahnya begitu muda” kata salah seorang dokter di rumah sakit Tripoli, Nadia Benyounis, yang prihatin mendengar kisah hidup Nisreen. “Dia kehilangan hidupnya.”


Benyounis berkata kehidupan Nisreen telah hilang. Martabat, harga diri, dan keluarganya lenyap. Malah ia dimanipulasi sebagai pembunuh. “Dia berdiam disepanjang waktu.”

menurut Benyounis. “Saya memerhatikan, dia mencuba untuk tidur sepanjang waktu untuk melarikan diri dari kenyataan ini.”

Di tengah derita itu, Nisreen mendapat khabar bahawa ibunya yang tengah sakit kanser pertengahan sedang mendapat perubatan di Tunisia. Nisreen sempat bercakap melalui telepon. “Ibuku sangat sedih. Yang saya inginkan saat ini hanyalah pulang. Saya ingin bertemu dengan ibuku.” (Sumber)




0 comments:

Post a Comment

 
Dibangunkan Oleh ohSensasi Webteam | Bloggerized by Ohsensasi.com